Pertama, bayi itu polos, apa adanya. Dalam bahasa orang dewasa “ia tidak memakai topeng”. Bila puasa kita berhasil maka salah salah satu indikatornya adalah kita tidak menggunakan “topeng” saat berinteraksi dengan orang lain. Penampilan kita tidak dilebih-lebihkan. Tidak memaksakan diri untuk terlihat hebat dimata banyak orang. Ia menjadi orang yang sama baik dikala sepi maupun di keramaian.
Kedua, bayi itu hanya memakan yang ia butuhkan. Apabila makan berlebih maka sang bayi akan memuntahkannya. Keserakahan manusia salah satu sebabnya adalah karena ia ingin selalu memenuhi keinginannya bukan kebutuhannya. Fokus pada keinginan juga membuat manusia enggan berbagi. Padahal sesuatu yang menyelamatkan di kehidupan abadi bukanlah yang disimpan tetapi yang didistribusikan.
Ketiga, bayi itu menyenangkan bila dipandang. Jadilah manusia yang bisa menyenangkan orang lain. Menyenangkan yang didasari ketulusan seperti tulusnya seorang bayi. Dimulai dari hal-hal yang sederhana, seperti murah senyum, jabat tangan dan memberi apresiasi kepada orang lain. Teruslah berusaha agar keberadaan kita memberi manfaat dimanapun dan kapanpun.
Semoga kita termasuk orang yang puasanya berhasil, menjadi lebih bertaqwa dan diampuni dosa-dosa kita. Menjadi seperti seorang bayi yang polos, memakan hanya yang dibutuhkan dan keberadaan kita disenangi banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar